Artikel: Bukan Kamu Saja yang Rugi, Stop Perkawinan Anak!

Artikel: Bukan Kamu Saja yang Rugi, Stop Perkawinan Anak!

By: forum anak singaperbangsa (fas) karawang

Buat konten di Candi Jiwa (chakeupp!😀)
Buat kontennya di kala siang (anjayani😜)
Hallo Anak Indonesia (haiii👋)
Come back with us FAS KARAWANG (salam pangkal perjuangan!✊)




Bukan Kamu Saja yang Rugi, Stop Perkawinan Anak!

     Halo temen-temen! Kali ini, Minfas mau bahas isu yang lagi hangat di Indonesia khususnya di Jawa Barat nih! Kira-kira pada bisa nebak ga ya kira-kira Minfas mau bahas apa…

          Yappss! Kali ini, kita akan bahas tentang perkawinan anak. Perkawinan anak sayangnya menjadi hal yang seringkali kita jumpai ya, temen-temen. Kalian tahu gak sih kalau berdasarkan data yang diperoleh, angka perkawinan anak di Jawa Barat  mencapai 12 dari 100 anak loh! Di tengah pandemi seperti ini, sejumlah daerah di Jawa Barat mengalami lonjakan angka perkawinan anak. Jawa Barat sendiri diketahui memiliki kelonjakan perkawinan anak, data menyebutkan ada sebanyak 2.869 pengajuan dispensasi pernikahan (yang terjadi karena mempelai masih di bawah umur). Tentu sangat disayangkan karena mengingat seharusnya hal tersebut tidak terjadi di usia anak yang masih di bawah umur. 

        Miris banget yaa melihat banyaknya angka perkawinan anak yang ada, padahal perkawinan anak memiliki dampak yang luas. Sebab, perkawinan anak bukan hanya melibatkan dua individu ataupun dua keluarga saja, tetapi juga masyarakat luas. Mulai dari diri sendiri hingga orang banyak, perkawinan anak faktanya merugikan banyak pihak. Dari yang paling dasar, perkawinan anak merugikan mereka yang melakukan perkawinan anak itu sendiri, karena harus dituntut menjadi dewasa sebelum waktunya. Sejatinya, mereka punya hak-hak yang harus dipenuhi, namun pernikahan membuat mereka kehilangan hak-haknya dan harus menjadi orang dewasa. 

          Dari segi kesehatan pun, perkawinan anak sangat tidak dianjurkan loh, temen-temen! Kondisi tubuh dan mental anak-anak tuh belum cocok untuk melakukan perkawinan anak, jika dipaksakan, bisa merambat ke masalah-masalah lain yang lebih besar, seperti terancamnya kesehatan ibu dan anak, kelahiran bayi prematur, pendarahan hingga kematian ibu dan bayi. Selain terganggunya Kesehatan fisik, Kesehatan mental anak-anak yang melakukan perkawinan anak pun terganggu. Hal ini dikarenakan anak belum memiliki kesiapan secara mental untuk melakukan hal besar seperti perkawinan. Selain itu, KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) rentan terjadi di perkawinan anak, yang mana mengantarkan ke masalah kesehatan mental yang serius.

          Ketika KDRT terjadi di dalam perkawinan anak, kebanyakan anak-anak belum tahu bagaimana cara mengatasinya dan keluar dari situasinya. Hal ini kembali lagi, dikarenakan oleh keadaan mental anak yang belum siap dengan kehidupan pernikahan. Dalam KDRT, bukan hanya pasangan yang menderita dan menjadi korban, tetapi anak-anak pun dilibatkan. Bisa dibayangkan bukan, bagaimana jadinya jika di dalam satu keluarga di mana semuanya masih berada di usia anak dan mengalami KDRT? Bukankah itu akan meninggalkan trauma bagi mereka yang mengalaminya?

          Ngomong-ngomong anak, anak yang lahir dari perkawinan anak pun rentan menjadi korban. Anak yang lahir dari ibu yang masih di bawah umur bisa lahir secara prematur, mengalami cacat, mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembangnya, dan sejumlah kelainan lainnya. Kalau kamu pernah dengar anak stunting, itu juga dampak lain dari perkawinan anak, lho!

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Tahu gak sih kalau faktanya, sebesar 43,5 persen kasus stunting di Indonesia terjadi pada anak batita dengan usia ibu 14-15 tahun. Sementara 22,4 persennya dengan rentang usia ibu 16-17 tahun. Lalu, apa hubungan stunting dengan perkawinan anak? Perkawinan anak salah satunya menjadi penyebab bayi dengan berat badan lahir rendah, yang dapat mengantarkan kepada kondisi stunting. Ditambah dengan kurangnya edukasi para orang tua—yang dalam hal ini masih usia anak juga—tentang pentingnya nutrisi untuk anak. Tidak heran kalau stunting menjadi kasus yang sering dijumpai jika membahas tentang perkawinan anak.

Dengan dampak yang merugikan mereka yang melakukannya, pernahkah teman-teman terpikir kenapa praktik perkawinan anak masih saja banyak dijumpai di sekitar kita?

Tidak dapat dipungkiri, perkawinan anak tidak dapat dilepaskan dari beberapa faktor, yaitu sosial, kesehatan, pola asuh keluarga, pendidikan, ekonomi, hingga adat dan budaya. Pernikahan anak dilatarbelakangi oleh banyak masalah, dan masyarakat cenderung menganggap pernikahan akan menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Padahal, perkawinan anak bukanlah jawaban atau solusi dari masalah, tetapi malah mengantarkan mereka menuju pintu-pintu masalah lain yang menunggu terbuka begitu keputusan untuk menikah di usia anak itu ditetapkan.

Praktik perkawinan anak adalah hal yang kompleks dan berakibat bagi banyak orang. Masalah ekonomi yang dianggap dapat diselesaikan begitu menikahkan anak, nyatanya malah bisa menjadi semakin memburuk. Perkawinan anak bisa membuka pintu kemiskinan lintas generasi, membentuk masalah-masalah baru bagi anak cucu yang tidak bersalah.

Selain itu, dampak perkawinan anak pada masyarakat bisa dilihat dari perannya dalam membuat penurunan kualitas SDM. Kenapa begitu? Sebab anak yang seharusnya merasakan belajar wajib selama 12 tahun di sekolah, terpaksa harus berhenti sekolah dan mengorbankan hak pendidikannya. Kalau seorang anak tidak mendapat pendidikan yang seharusnya, bagaimana dia akan memberi pendidikan yang layak untuk anaknya? Dengan banyaknya anak putus sekolah dan tidak mendapat edukasi yang layak, tentu akan berakibat pada menurunnya indeks kualitas sumber daya manusia.

Temen-temen, perkawinan adalah hal kompleks yang harus dilakukan dengan kesiapan dari segala sisi. Tentunya, usia termasuk ke dalamnya ya. Praktik pernikahan anak bukanlah tradisi yang pantas untuk dipertahankan. Sebaliknya, pernikahan anak seharusnya dihentikan sekarang juga. Dengan melihat banyaknya dampak, masalah, dan kerugian yang timbul dari pernikahan anak, seharusnya dapat membuka pandangan masyarakat tentang pernikahan anak. Untuk membuat dunia ini menjadi tempat yang aman dan layak untuk dihuni anak-anak hingga generasi-generasi seterusnya, praktik pernikahan anak haruslah dihapuskan karena bertentangan dengan hak-hak dasar anak itu sendiri. Jadi yuk, perbanyak edukasi dan penyebarluasan informasi tentang pernikahan anak agar kita semua bisa bebas dari praktik pernikahan anak! Karena bukan kamu aja yang rugi, kita juga!





Terima kasih telah meninjau kegiatan kami!
lihat kegiatan kami lainnya di Profil website Forum Anak Singaperbangsa (FAS Karawang)

Eittts, one more...

Don't forget to follow our social media by click the link below!

👉 https://www.instagram.com/forumanakkarawang/ 👈
 

All the love,
FAS Karawang, Salam Pangkal Perjuangan!


0 Komentar untuk Artikel: Bukan Kamu Saja yang Rugi, Stop Perkawinan Anak!

login untuk komentar